oleh:sabda
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bangunan
utama yang terdapat di tanoh gayo adalah umah
(rumah) untuk membuat rumah dengan persyaratan tertentu di serahkan kepda utus (tukang) yang menggunakan alat beliung cakeh, rimes dan pat supu (atap)
semuanya di jalin atau di ikat. alat pengikatnya di gunakan rotan atau tali ijuk. Pekerjaan ikat
mengikat atau jalin menjalin itu di kerjakan sendiri oleh pemilik rumah. Lantai
terbuat dari bilah-bilah bambu atau temor
(aren) yang dijalin, dan ada juga yang menggunakan batang pinang.
Seperti
halnya rumah aceh, rumah gayo didirikan di atas suyen (tiang) setinggi 2 meter dari permukaan tanah. Tiang berasal
dari kayu damar atau kayu keras lainnya. Bentuk rumah yang biasa, persegi
panjang , didiami oleh beberapa keluarga. Kontruksi krangka pada umumnya sama
dengan kontruksi rumah aceh lebarnya 4 tiang (terdiri dari 3 ruang ). Panjang
bangunan berkisar antara 5-9 tiang, ada juga 10-15 hanya ada 1 rumah yang
terdiri dari 15 tiang, karena kebetulan terdiri dari dua bngunan. sama halnya
dengan rumah aceh kedua tiang panjang (banjar tengah) di sebut reje tiang dan peteri atau mentri.penempatan tiang ini dilakukan dengan upacara
tersendiri, di hitung dari arah pintu masuk, maka yang pertama biasanya di
sebelah kanan dan yang kedua di sebelah kiri.
letak
rumah gayo biasanya membujur dari timur ke barat.dan letak tangga yang menuju
pintu masuk juga biasanya dari arah timur atau utara. Rumah yang dianggap
normal letaknya di bangun di arah timur sampai barat disebut bujur dan letak
nya utara sampai selatan disebut lintang. jika sama sekali tidak mengikuti arah
mata angin, maka rumah seperti ini di sebut sirung
gunting.
Semua
perkayuan yang di gunakan seperti telen
(balok penyangga dari tiang ke tiang) disusun pangkal sesama pangkal, di pasang
di arah pintu masuk arah ke lepo dan anyung sebelah timur, sedangkan bagian
ujung kayu diletakkan arah kebarat inilah sebabnya maka di gayo, tiap rumah ada
yang disebut ralik (pangkal) ujung dan lah
(tengah).
B.
Batasan
Masalah
Pada
kesempatan ini kami hanya membahas tentang arsitektur rumah adat gayo yang
terletak di takengon (aceh tengah),
dengan bagian-bagian ruang yang terdapat di dalamnya, fungsi dan kegunaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pola
Pemukiman Dan Artefak Arsitektural
Lokasi
ini bukan pemukiman tradisional, akan tetapi berada di pusat kota, hanya
bangunan memiliki bentuk fisik arsitektur tradisional karna di adopsi dari warisan
reje linge aceh tengah, raja ini
adalah raja yang pertama di daerah gayo.
Rumah adat tradisional di aceh tengah adalah rumah adat panggung berkolong 2-2,5
meter dari atas tanah rumah itu membujur dari timur ke barat dengan maksut
untuk memudahkan mengenal kiblat ketika sembahyang dan menghindari angin yang
mudah merusak atap.
B.
Cara
Membangun
Rumah
adat gayo di bangun secara bersama-sama, mulai dari menyediakan bahan bangunan
kayu di hutan sampai dengan meresmikan penyelesaian bangunannya. Memilih,
menebang dan menarah (mengolah
pertama) di lakukan bersama-sama oleh beberapa orang yang ahli. Sedang menyeret
dari lokasi penebangan ke ujung jalan di lakukan dengan bersama dengan personil
yang lebih banyak terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak laki-laki sebagian
besar memegang tali penyeret, beberapa orang mengatur kayu landasan untuk
memudahkan penyeretan. Sementara itu perempuan memberi semangat dengan cara
seperangkat alat kesenian yang di sebut canang.
Semua
pekerjaan berat yang dilakukan secara bergotong royong di iringi dengan ucapan
bersama dan gemuruh: was salu salu
aleeeee. Ketika kata ini berasal dari wassalalhualaih do’a agar allah
melimpahkan kesejahteraan kepada nabi muhammad SAW yang di sebut salawat nabi. Ucapan salawat itu
merupakan pegangan dari hitungan: 1,2,3, yang di pimpin dan di mulai oleh
seorang pemimpin penarikan pohon kayu itu untuk menyatukan tenaga sekaligus
membangkitkan semangat pesertanya.
C.
Bahan
Bangunan
Jenis,
letak dan mutu kayu yang terbaik dijadikan reje
ni tiang (raja yiang) yang di dampingi rata-rata 39 ting besar. Tiang-tiang
itu ditegakan atas batu bermutu sebagai pondasi yang di usahakan dan di pilih
oleh orang-orag tua dari batu sungai, karena mereka lebih mengetahui batu yang
baik untuk bangunan rumah. Permukaan batu-batu itu rata tempat tiang terdiri
batu untuk landasan raja tiang lebih besar dan lebih lebar permukaannya dibandingkan
batu landsan tiang-tiang lainnya.
Jenis
kayu yang terbaik yang ada di gayo
untuk bahan bangunan berturut-turut adalah
cempa atau jempa, kuli, kruing, medang, dan lain-lain.
Sebelum di letakkan batu landasan raja tiang, di laksanakan walimah (kenduri) dan itawari yaitu penepung tawar atau
mempersejuknya sebagai do’a tafaul terhadap allah SWT, agar rumah yang akan di
bangun ini dan penghuninya dalam keadaan sejuk, menyenangkan dan membahagiakan
sebagai mana sejuknya air murni dan segarnya tumbuh-tumbuhan di gunakan sebagai
alat penepung tawar itu.
D.
Komponen
Bangunan
1.
Pondasi
(Tiang)
Rumah
Adat gayo merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2--2,5 meter dengan
jumlah tiang 39 batang. Ada yang
berbentuk persegi empat dan delapan, terbuat dari kayu, beratap ijuk, dan tidak
menggunakan paku, rumah gayo bisa bertahan hingga 200 tahun. Penggunaan
tiang-tiang penyangganya yang selalu berjumlah ganjil secara filosofi
melambangkan dari keislaman.
Rumah
adat gayo memiliki tujuh ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan lepo, Rumah
dengan tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumah dengan lima ruang memiliki
24 tiang. Tiang – tiang tersebut berdiri pada pondasi yang terbuat dari batu
kali ataupun batu alam. Dan tiang – tiangnya terbuat dari kayu uyem (penus).
Gambar tiang dan pondasi
rumah adat gayo
2.
Dinding,
Lantai, Pintu , Jendela Dan Tangga
Dinding
rumah adat Gayo sama dengan dinding rumah adat yang berada hampir di seluruh
Indonesia yang menggunakan dinding kayu. Dinding tersebut terbuat dari kayu
penus (uyem) yang di olah menjadi papan dan papan tersebut dipasang secara
horizontal. Papan tersebut disambung tanpa menggunakan paku besi tetapi
menggunakan pasak kayu. Begitu pula dengan lantai rumah adat Gayo menggunakan
papan kayu yang terbuat dari kayu temor
(enau) Semua orang duduk bersila di atas alas tetopang (tikar duduk). Pintu utama Rumah Gayo Biasanya ketinggian
pintu 2 – 2.5 M Perletakkan pintu utama tersebut terletak dibagian teras depan
(lepo). Jendela yang juga berfungsi sebagai ventilasi yang ada di setiap ruang
rumah adat gayo. Tangga merupakan bagian penting untuk pencapaiaan kerumah adat
Gayo. Jumlah anak tangga pada rumah adat Gayo 5 dan 7 anak tangga.
Gambar
dinding, teras dan tangga pada rumah Adat Gayo
3.
Supu
(Atap)
Atap
rumah adat Gayo terbuat dari kayu penus, dan kayu-kayu pilihan, terutama untuk
kuda-kuda dan untuk pembuatan reng menggunakan kayu yang bagus dan kuat.
Sedangkan untuk penutup atap menggunakan di gayo hampir seluruhnya
mempergunakan daun srule ( daun puar
kata orang minang ) isemat (di jalin)
pada sebilah bambu yang disebut bengkon.
Biasanya menyemat adalah pekerjaan
laki-laki yang sudah beristri, namun para wanita juga bisa menyemat (menjalin). Untuk mengikatkan dan menyambungkan rangka –
rangka dan penutup atapnya menggunakan pasak kayu dan tali yang terbuat dari rotan.
Kemudian
di samping itu rumah adat gayo mempunyai
lepo (branda) yang terletak di bagian depan rumah dimana terletak uluni kite (kepala tangga) dan pintu. Lepo berfungsi sebagai tempat
peristrahatan dan memandang keindahan alam pada waktu senggang, selain itu lepo juga berfungsi untuk memperindah
dan memperkuat bangunan rumah. Di belakang rumah terdapat anyung yaitu tempat mencuci dan memasak makanan (dapur). Di atas umah rinung ( kamar tidur) yang terdapat
di bagian tengah sepanjang rumah,di bangun parabuang
yaitu loteng tempat menyimpan
barang-barang berharga, persiapan sinte
(menyelenggarakan kenduri turun mandi, sunat rasul, pernikahan dan kematian).
Pada
salah satu dinding terdapat bakuten
atau bukuten yaitu tempat menyusun
alas penalas (berbagai ukuran dan jenis tikar dan sumpit) untuk keperluan bersinte. Sementara itu di dapur
terdapat peleden (tempat menyimpan
bumbu masakan) khusus untuk menyimpan garam di sebut pepoan. Di samping rumah itu terdapat sengkaran yaitu tempat susunan kayu api, dan di bagian bawah rumah
itu terdapat jingki dan lusung (lesung) unutk menumbuk bahan
makanan, sebagian orang membangunnya terpisah disamping rumah, dekat keben (lumbung padi dari kulit kayu)
yang terletak dalam sebuah bangunan tanpa dinding dan atap daun srule atau beranang (bangunan lumbung bertiang kayu dan atap daun srule).
Komponen
bagian bangunan rumah ialah : atu kunulen
suyen (batu landasan tiang), suyen (tiang), telen/gergel (alas lantai), bere
singkih (tutup tiang letaknya miring), bere
bujur (tutup tiang yang membujur dari timur ke barat), bere lintang ( tutup tiang yang melintang dari utara ke selatan), pepir (tolak angin/tutup keong), tulen bubung (nok), kaso (kasau), kaso gantung
(kuda-kuda), gegulungen (reng), supu (atap), bubungen (rabung), unte-unte
(rotan besar tempat mengikat atap), bengkon
(tulang atap srule atau rumbia), belbes
(lipsplank), rering (dinding), parabuang (loteng), kite (tangga), pintu (pintu),
tingkep (jendela), tetenyelen (alas kaki), ton babasuh (tempat mencuci kaki).
E.
Denah
Denah
umah pitu ruang (rumah tujuh ruang) sebagai berikut:
Denah
rumah adat gayo yang di kutip dari catatan 1942
Denah
sebuah rumah di kebayakan menurut skets mayor van daalen
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Suku
gayo berdiam di daerah dataran tinggi gayo, di tengah-tengah istimewa aceh yang
memiliki bahasa tersendiri dan juga adat istiadat yang berbeda dengan sukub
aceh. Akan tetapi karena keduanya menganut agama islam dan hidup berdampingan
dalam satu wilayah, wajaarlah ada kesamaan. Dalam pola perkampungan tradisional
aceh tengah ini, rumah tradisisonal merupakan komponen penting dari unsur fisik
yang mencerminkan kesatuan sakral dan sosial.
Pembangunan
di laksanakan secara bergotong royong, kemudian rumah adat yang satu dengan
yang lain itu tidak jauh berbeda, perbedaanny hanya pada pemilihan motif-motif
ukiran yang menghiasi rumah tersebut yang di ambil dari motif-motif alam dan lingkungan
di sekelilingnya, menggambarkan flora dan fauna serta tanda kebesaran allah
S.W.T.
Daftar Pustaka
Mahmud
ibrahim, A.R. hakim aman pinan, syariat dan adat istiadat,jilid II, takengon,
yayasan maqammahmuda, 2009
A.R.
hakim aman pinan, pesona tanoh gayo, takengon, pemerintah kabupaten aceh
tengah, 2003
Horgronje
c. Snouck, aman asnah hattta hasan, gayo, jakarta, balai pustaka, 19996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar