Jumat, 16 November 2012

fungsi seni dalam kehidupan masyarakat



oleh : sabda
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karya seni lahir dari seniman yang kreatif, artinya seniman selalu berusaha meningkatkan sensibilitas dan presepsi terhadap dinamika kehidupan masyarakat. Sebaliknya masyarakatakan dapat merasakan manfaatnya. Seniman yang kreatif akan membawa  masyarakat ke selera estetik  yang lebih dalam, bukan selera yang mengarah pada kedangkalan seni.  Hal tersebut menuntut kreativitas seniman dalam proses  cipta seni, secra teoritis membutuhkan pemikiran yang matang. Ada tiga komponen dalam proses cipta karya seni  sbagai landasan berkarya. Ketiga komponen tersebut adalah tema, bentuk, dan isi. Walaupun secara teori dapat di pisahkan namun sebenarnya ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisah-pisahkan.
1.      Tema Pokok (Subject Matter)
Subject matter atau tema pokok ialah rangsang cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan ialah bentuk yang dapat memberikan konsumsi batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap  harmoni bentuk yang disajikan serta mampu merasakan lewat sensitivitasnya. Dalam sebuah karya seni hampir dapat dipastikan adanya subject matter, inti atau pokok  persoalan yang di hasilkan sebagai akibat adanya pengolahan objek (objek alam atau objek image) yang terjadi dalam ide seseorang seniman dengan pengalaman pribadinya.Oleh karna itu problem yang sangat penting  dalam mencipta sebuah karya seni  bukalah apa yang digunakan sebagai objek, tetapi  “bagaimana” sang seniman mengolah objek tersebut menjadi karya seni yang punya nafsu/citra pribadi.


2.      Bentuk (Form)
Pada dasarnya apa yang dimaksut dengan bentu (form) adalah totalitas darada karya seni.brntuk itu merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya. Ada dua macam bentuk
·         Visual form, yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau satu kesatuan dari unsur-unsur pendukungkarya  seni tersebut.
·         Special form, yaitu bentuk yang tercipta karna adnya hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang di pancarkan oleh fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran emosionalnya.
Bentuk fisik sebuah karya dapat diartikan sebagai kongkritisasi dari subject matter tersebut dan bentuk psikis sebuah karya merupakan sususnan dari kesan hasil tanggapan. Hasil tanggapan yang terorganisir dari kekuatan proses imajinasi seorang penghayat itulah maka akan terjadilah sebuah bobot karya atau arti (isi) sebuah karya seni atau juga disebut makna.
3.      Isi Atau Makna
Isi atau arti sebenarnya adalah bentuk psikis dari seorang penghayat yang baik. Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak pada diri penghayat. Bentuk hanya cukup dihayati secara indrawi tetapi isi atau arti di hayati dengan mata batin seorang penghayat secara kontemplasi. Sehingga dapat di simpulkan bahwa isi disamakan dengan subject matter seorang penghayat. Disini persamaan antara pencipta dan penghayat . seorang seniman pencipta adalah adalah penghayat yang pertama yang punya bentuk psikis didalam dunia idenya yang berhak atas karyanya dalam mengubah atau menambah. Bentuk psikis seorang seniman pencipta merupakn merupakan bentuk yang disebut subject matter yang  setiap saat dapat dibabarkan. Sedangkan seniman penghayat yang punya bentuk psikis yang di hasilkan dari proses hayati oleh dunia idenya yang merupakan juga hasil imajinasi atau proses kreativitas. Sehing dapat kita simpulkan bahwa bentuk fisik milik seniman pencipta  sedangkan bentuk psikis atau isi milik seniman penghayat.
B.     Batasan Masalah
Dalaam kesempatan kali ini kelompok kami hanya membahas tentang  fungsi seni dalam kehidupan masyarkat.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Fungsi Seni Rupa Dalam Kehidupan Masyarakat
Seni rupa di tinjau dari segi fungsi terhadap masyrakat atau kebutuhan manusia, senirupa secara teoritis di bagi menjadi dua kelompok, yaitu seni murni (fine art) dan seni terapan (applied art). Seni murni (fine art) adalah kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Artinya bahwa kelahiran karya seni tersebut lahir dari adanya ungkapan atau ekspresi jiwa, tanpa adanya faktor pendorong untuk tujuan materiil. Dengan kata lain bahwa seni tersebut bukan lagi merupakan kebutuhan praktis bagi masyarakat tetapi hanya mengejar nilai untuk kepentingan estetika seni yang dimanfaatkan dalam lingkungan seni itu sendiri atau disebut sebagai seni untuk seni (soedarso Sp, 1990:21) yang termasuk kelompok seni adalah seni lukis dan seni patung.
Seni terapan (applied art) yaitu kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis atau memenuhi kebutuhan sehari-hari secara materil. Artinya bahwa kelahiran karya seni terapan merupakan bagian dari kebutuhan masyarakat (manusia) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara materil. Seni terapan dalam produk karyanya selalu mempertimbangkan keadaan pasar dan estetika. Kelompok seni rupa ini benar-benar milik msyarakat. Karya seni terapan lebih mengarah pada produk benda pakai masyarakat banyak (mass product). Pengerjaannya selalu memperhitungkan sejak mulai dari pemilihan bahan dan proses pengerjaan, sampai pertimbangan kebutuhan pasar. Aspek komersial menjadi ciri utama dari seni rupa terapan.
Karya-karya seni rupa dilihat secara formalitas terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok karya seni figuratif dan karya seni non figuratif. Perbedaan secara formalitas tersebut akan tampak pada seni lukis, seni patung, seni ilustrasi, dan seni hias. Karya seni figuratif yaitu apabila unsur-unsur pendukung karya seni tersebut sebagian atau seluruhnya merupakan penggambaran alam. Sususnan unsur rupa yang dihadirkan da kemiripan dengan wujud alam. Dengan kata lain tampak adanya figur alam yang tergambar di dalamnya. Lambang-lambang yang dihadirkan merupakan lambang hasil interpretasi terhadap alam. Karya seni non figuratif yaitu apabila di dalam penggambarannya merupakan sususnan atau komposisi dari unsur rupa secara elementer, artinya sajian karya tanpa adanya wujud alam (figur).
1.      Seni Lukis
Seni lukis bisa dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman etetik seseorang yang di tuangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu, garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Medium rupa dapat di jangkau melalui berbagai macam jenis material seperti tinta, cat/pigmen, tanah liat, semen dan berbagai aplikasi yang memberi kemungkinan untuk mewujudkan medium rupa. Pengertian dan definisi seni lukis sangat bergam, namun kadang terjadi kesimpangsiuran pengertian antara seni lukis dan menggambar atau seni gambar. Lukisan dan gambar tidak dapat dibedakan dengan sekedar memilahkan material yang di gunakan, tetapi lebih jauh dari itu  yang lebih memerlukan pertimbangan tentang estetik, latar belakang pembuatan karya, dan sebagainya.
Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilustrasi, yaitu untuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain atau lebih tepat sebagai gambar keterangan. Disisi lain menggambar merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif dalam pencapaian bentuk seni lukis. Secara pintas seni gambar merupakan seni lukis yang menonjolkan unsur garis dan lukis dengan menonjolkan warna, tetapi pada penerapan dan perkembangan seni gambar pada kurun selanjutnya mengabaikan pendapat tersebut, dan bukan lagi sebagai karya ilustrasi, bahkan kini menggunakan medium yang sama seperti yang berlaku pada seni lukis. yang jelas, seni gambar memerlukan keterampilan khusus untuk menggambarkan sesuatu sebagai bentuk representasi. Adapaun seni lukis merupakan ungkapan pengalaman estetik yang di wujudkan dalam bentuk dua dimensional. Sehingga perbedaan antara keduanya terletak pada genetik proses penciptaan karya seni, bukan pada hasil akhir.
2.      Seni Patung
Seni patung mempunyai masalah yang sama seperti halnya seni lukis. Seni patung merupakan seni murni sejauh ia tidak melibatkan diri pada pertimbangan untuk kebutuhan terapan. Karena sifatnya, maka seni patung merupakan ungkapan pengalaman estetik yang diwujudkan dalam bentuk tiga dimensional (tiga matra). Seni patung terikat oleh ruang nyata, yang berada dengan seni lukis yang memerlukan perspektif dalam menampilkan matra ketiga atau ruang semu. Seni patung terikat oleh waktu hayati, yang berbeda dengan seni musik atau seni pertunjukan yang terikat pada waktu secara ketat. Waktu dalam seni patung adalah waktu yang di gunakan penghayat saat terlibat proses hayatan. Untuk melihat patung seseorang penghayat tidak dapatmenghayati secara simultan tetapi membutuhkan waktu secara berkesinambungan.
Seni patung yang cendrung mempertimbangkan nilai guna atau nilai terapan, adalah seperti yang kita lihat pada bentuk arca yang terdapat pada candi-candi pada rumah-rumah atau pemujaan. Patung yang demikian itu disebut “totem” totem merupakan seni terapan karena pada hakikatnya merupakan seni kerajinan atau seni kriya yang dikenal dengan istilah “seni pahat” jenis seni patung yang menggunakan perspektif atau ruang semu dan kurang tepat disebut “patung” dipakai istilah “relief” dikatakan jenis seni patung karena proses, teknik garap, figur pada relief merupakan konsepsi pencapaian bentuk seperti pada seni patung, namun permasalahan yang muncul sebagai seni ungkap atau seni ekspresi, merupakan permasalahan seperti halnya pada sei lukis.
3.      Seni Grafis
Seni grafis pada dasarnya menitikberatkan pada teknik cetak-mencetak, sebagai usaha untuk dapat memperbanyak atau melipatgandakan sesuatu, baik gambar ataupun tulisan dengan cara tertentu pula. Kita banyak mengenal prinsip-prinsip dasar tentang proses cetak mencetak seperti: cetak tinggi, cetak datar, cetak saring, dan banyak lagi yang lainnya. Yang dinamakan cetak tinggi adalah proses peneraan (tera) negatif pada bidang datar (kertas).
Sesuai dengan cetak tinggi, maka bidang yang dilumuri tinta adalah bidang yang tinggi, sedangkan bidang yang rendah tidak kena tinta, seperti yang dapat kita lihat pada stempel. Teknik ini berbeda dengan  cetak datar maupun cetak dalam, yang memerlukan teknik tertentu seperti pembuatan negatif  dengan proses etsa (etching) dan menggunakan alat bantu lainnya. Adapun cetak saring juga sering disebut cetak tembus (schablon) dengan menggunakan silk screen sebagai media dasarnya. Kalau seni grafis terapan sangat berkepentingan dengan fungsi guna, maka seni grafis murni tidak. seni grafis murni sama dengan seni murni lainnya seperti sen lukis dan seni patung. Ia merupakan suatu proses kreatif dalam mengungkapkan pengalaman artistiknya melalui media cetak mencetak untuk mencapai rasa keindahan.
4.      Seni Arsitektur
Seni arsitektur sebagai seni terapan merupakan karya seni pakai yang paling serius dan komplek permasalahannya, mengingat arsitektur merupakan karya monomental karena tidak setiap saat dapat diubah seperti mengubah rumah salju. Sekali seorang arsitek merencanakan bangunannya maka akan terlahir sebuah karya jadi. Untuk keperluan itulah segalanya di perhitungkan dengan sangat hati-hati dan pasti, karna tidak setiap saat ia dapat membengkokkan seperti dalam bentuk plastisin. Banyak faktor yang harus di perhitungkan tentang: siapa yang menempati, bagaimana status sosialnya, kebiasaan-kebiasaannya, sampai pada banyaknya tamu, kesehatan kepraktisan, dan lain sebagainya. Namun demikian seorang arsitek, tidak lepas perhatiannya dari kaedah-kaedah estetis atau keindahan bangunannya. Oleh karna bangunan itu merupakan suatu karya tiga dimensional, maka arsitek slalu memperhitungkan apakah bentuk bangunannya sudah cukup indah bila di pandang dari berbagai arah, bagaimana komposisi ruangan dalamnya, mobilisasinya. Dalsm keadaan ideal biasanya seorang arsitek bekerja sama dengan desainer interior dalam merencanakan suatu bangunan, terutama yang menyangkut perhitungan tata riasnya.
Keberadaan karya seni secara teoritis mempunyai tiga macam fungsi yaitu:
1.      Fungsi Personal
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial sekaligus sebagai makhluk individu. Dikatakan makhluk sosial karena manusia tidak bisa hidup tanpa dukungan manusia lain. Untuk itulah dibutuhkan aturan atau tata cara hidup dalam kehidupan. Tatacara itulah nantinya yang di sebut dengan kebudayaan. Dikatakan makhluk individu karna setiap manusia mempunyai eksistensi pribadi yang tidak dapat dimiliki manusia lain. Itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia sebagai objek yang terikat satu budaya, maka di butuhkan alat komunikasi  dengan subjek lain dengan sebuah media atau bahasa. Karya seni sebagai perwujudan prasaan dan emosi mereka adalah salah satu pengertian dari bahasa atau media.
Sebagai instrumen ekspresi personal, seni semata-mata tidak di batasi untuk dirinya sendiri. Maksudnya, ia tidak secarra ekslusif berdasarkan emosi pribadi, namun bertolak pada pandangan personal menuju persoalan-persoalan umum dimana seniman itu hidup, yang nantinyan akan diterjemahkan seniman lewat lambnag simbol yang terjadi pola umum pula. Ciri-ciri kemanusiaan seperti kelahiran, cinyta, dan kematian yang punya dassr instrumen secara umum di angkat sebagai tema seni, tetapi pengolahan kepada wujud karya tidak bisa ;epas dari adanya keunikan seniman dalam menangkap atau membentuk idenya. Contoh sebuah karya patung yang menggambarkan cinta yang tak pernah terpendamkan oleh frans holk. Karya tersebut tidak berarti bahwa subjek atau personalnya holk merupakan instrumen suram atau despresi. Bagi seniman, semua itu merupakan suatu bukti adanya kesempatan seniman untuk menunjukan pandangan personalnya dalam menanggapi sesuatu yang dia hadaapi. Barang kali dapat dikatakan fungsi karya seni merupakan semacam jalan keluar daripada ekspresi personal seniamn, sekalipun satu-satunya bukan fungsi kary seni. Dalam seni modern, unsur personal mendapat penghargaan yang tinggi, terutama karyaseni yang mengutamakan estetika sebagai tujuan utama kehadiran karya.
2.      Fungsi Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, seperti yang telah di singgung di depan, maka manusia disamping mempunyai tanggung jawab atas dirinya ia terikat pula oleh lingkungan sosialnya. Semua karya seni yang berkaitan dengannya akan juga berfungsi sosial, karya karya seni di ciptakan untuk penghayat. Para seniman dapat berkata bahwa karya seni yang mereka buat semata-mata utuk dirinya sendiridan dengan ukuran atau standar pribadi. Namun tidak dapat di pungkirinya bahwa di balik itu semua seniman mengharapkan adanya sesuatu dari masyarakat penghayatnya. Apakah masyaarakat akan menerimanya dengan rasa kagum dan menghargainya. Sebagai konsekuensinya karya seni karya seni yang mereka susun atau ciptakan merupakan respons sosial dengan dorongan personal, sekaligus mempunyai fungsi sosial.
Pengertian fungsi seni sebagai fungsi sosial merupakan kecenderungan atau usaha untuk mempengaruhi tingkah laku terhadap kelompokmanusia. Ia diciptakan berdasarkan atas dasaar penggunaan atas situasi umum serta menggambarkan aspek kelompok sebagai wujud adanya perbedaan pengalaman personal. Kita bisa mengambil contoh karya-karya yang di pakai pada pemujaan, penghargaan, pelampiasan kemarahan, protes/kritik, deskripsi sosial penghinaan sendirian dan sebagainya. Dengan kata lain seni dapat mempengaruhi tingkah laku manusia, mengubah cara berfikir dan juga perasaan, bahkan seringkali mempengaruhi tindakan.contohnya karya advertensi/reklame dan poster.
3.      Fungsi Fisik
Fungsi fisik yag dimaksud adalah kreasi yang secara fisik dapat di gunakan untuk kebutuhan praktis sehari-hari. Karya seni yang ia buat benar-benar merupakan kesenian yang berorientasi pada kebutuhsn fisik selain keindahan barang itu sendiri. Karya seni semacam ini banyak dibuat oleh seniman seni rupa (seni kriya). Kita ambil contoh minsalnya sendok yang dibuat sebagai alat atau lokomotif sebagai sarana transportasi. Keduanya membutuhkan adanya perencanaan sesuai sesuai dengan efisiensi operasionalnya, dan mempertimbangkan visualisasinya.
Seni bangunan, forniture, dekorasi, busana asesoris, dan segala macam prabot rumah tangga serta hampir semua prabot atau alat yang di butuhkan manusia, di buat lewat rencana (desain) yang berorientasi pada guna dan estetika. Kehidupan karya seni tersebut mempunyai peluang emas di dalam masyarakat sebagai produk kerajinan kecil. Contoh perbandingan, minsalnya perbedaan antara seni lukis/patung dengan seni kriya. seni lukis/patung merupakan karya seni dengan fungsi personal sedang seni kriya, seni bangunan seni batik seni dekorasi dan lain-lain, merupakan seni dengan fungsi fisik. Biasanya dalam disiplin seni rupa seni personal disebut fine art sdangkan seni fisik disebut applied art.













BAB III
KESIMPULAN
A.    Penutup
 Seni rupa di tinjau dari segi fungsi terhadap masyrakat atau kebutuhan manusia, senirupa secara teoritis di bagi menjadi dua kelompok, yaitu seni murni (fine art) dan seni terapan (applied art). Seni murni (fine art) adalah kelompok karya seni rupa yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Artinya bahwa kelahiran karya seni tersebut lahir dari adanya ungkapan atau ekspresi jiwa, tanpa adanya faktor pendorong untuk tujuan materiil.
Keberadaan karya seni secara teoritis mempunyai tiga macam fungsi yaitu:
1.      Fungsi personal (Manusia dikenal sebagai makhluk sosial sekaligus sebagai makhluk individu)
2.      Fungsi sosial (Manusia sebagai makhluk sosial, seperti yang telah di singgung di depan, maka manusia disamping mempunyai tanggung jawab atas dirinya ia terikat pula oleh lingkungan sosialnya. Semua karya seni yang berkaitan dengannya akan juga berfungsi sosial)
3.      Fungsi fisik (kreasi yang secara fisik dapat di gunakan untuk kebutuhan praktis sehari-hari. Karya seni yang ia buat benar-benar merupakan kesenian yang berorientasi pada kebutuhsn fisik selain keindahan barang itu sendiri)




PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT


Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Berikut ini beberapa ilmuwan yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.

Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern. Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi  istem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.
A. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya dan Penyebabnya

Perubahan sosial budaya dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk berikut ini.
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi karena usaha- usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Perubahan cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu.
 Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung terciptanya revolusi.

a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi.

Contoh perubahan secara revolusi adalah gerakan Revolusi Islam Iran pada tahun 1978-1979 yang berhasil menjatuhkan pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi yang otoriter dan mengubah sistem pemerintahan monarki menjadi sistem Republik Islam dengan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpinnya.
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian. Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.
3. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.

Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
4. Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.

a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)

Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.

b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.

1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
B. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan

a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.

b . Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.

c . Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.

d . Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.

e . Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f . Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.

g . Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya.

i . Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan

a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat menjadi statis.

b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).

d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.

e . Adanya Kepentingan-Kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat ( Vested Interest Interest)
Organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan strata akan menghambat terjadinya perubahan. Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan lebih tinggi tentunya akan mempertahankan statusnya tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan terhambatnya proses perubahan.
f . Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.

g . Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi
masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
h. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.

i . Nilai Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya
Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.
C. Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya. Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya.
1. Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
3. Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
4. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan ideal.
Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial budaya.
1. Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
2. Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
3. Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
4. Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.
D. Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola, dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Kalian sebagai pelajar tentu harus bisa menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.  Sikap apriori yang berlebihan tentu saja tidak perlu kalian kedepankan, mengingat sikap tersebut merupakan salah satu penyebab terhambatnya proses perubahan sosial budaya yang berujung pada terhambatnya proses perkembangan masyarakat dan modernisasi. Demikian juga dengan sikap menerima setiap perubahan tanpa terkecuali. Sikap tersebut cenderung akan membuat kita meniru (imitasi) terhadap setiap perubahan sosial budaya yang terjadi, meskipun perubahan tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat negatif. Kalian diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Perubahan sosial budaya yang bersifat positif dapat kita terima untuk memperkaya khazanah kebudayaan bangsa kita, sebaliknya perubahan sosial budaya yang bersifat negatif harus kita saring dan kita cegah perkembangannya dalam kehidupan masyarakat kita. Dalam pelaksanaannya, kalian harus mampu mengikuti perkembangan zaman dengan memperluas pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Namun di sisi lain, nilai-nilai dan norma kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus kalian jaga dan lestarikan.