oleh : sabda
Semiotika
berasal dari kata yunani ‘semeion’ atau tanda, kerap diartikan sebagai ilmu
tanda. Istilah semiotika secara populer telah digunakan oleh seorang ahli
filsafat Jerman, Lambert, pada abad ke-18 sebagai padanan kata dari logika. Baik
istilah semiotika maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu
tentang tanda-tanda (the science of signs) tanpa adanya perbedaan pengertian
yang terlalu tajam. Satu-satunya perbedaan di antara keduanya, menurut Hawkes
(1978:124), adalah bahwa istilah semiologi lebih banyak dikenal di Eropa yang
mewarisi tradisi linguistik Saussurean; sementara istilah semiotika cenderung
dipakai oleh para penutur bahasa Inggris atau mereka yang mewarisi tradisi
Peircian.
A.
DISKRIPSI
SUMBER IDE PENCIPTAAN
Secara
garis besar, kebudayaan Gayo, terdiri dari beberapa unsur yaitu kebudayaan Gayo
Lues, yang berpusat disekitar Aceh Tenggara, kebudayaan Gayo Serbejadi di
kawasan Aceh Timur, kebudayaan Gayo Linge dan kebudayaan Lut di Aceh Tengah.
Setiap unsur kebudayaan dari tiap suku bangsa tersebut tentu saja memiliki
keunikan dan kekayaan tradisi masing-masing dimana di dalamnya juga terkandung
nilai-nilai leluhur untuk kemuliaan hidup. Tidak terkecuali kebudayaan
masyarakat Gayo yang berada di sekitar kawasan Takengon Aceh Tengah ( Gayo Lut
) saat mempersiapkan sebuah hajat besar seperti upacara perkawinan yang harus
melewati beberapa tahapan adat, yang tiap tahapannya tersimpan makna yang
sakral untuk kebahagiaan hidup rumah tangga pasangan pengantin. Ada beberapa
tahapan prosesi upacara perkawinana masyarakat Gayo :
1. RISIK
KONO ( Perkenalan Keluarga )
Acara
ini merupakan ajang perkenalan keluarga calon pengantin. Orang tua pengantin
pria, biasanya di wakilkan oleh ibunya, akan menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan mereka untuk berbesan dengan orang tua pengantin wanita. Biasanya
acara akan di mulai dengan ramah tamah serta senda gurau sebagai awal
perkenalan dan barulah selanjutnya mengarah pada pembicaraan seriuz mengenai
kemungkinan kedua keluarga ini bisa saling berpesan.
2. MUNGINTE
( Meminang / Melamar )
Tahapan
peminangan ini tidak dilakukan oleh orang tua pengantin pria secara langsung
tetapi diwakilkan oleh utusan yang disebut telangkai atau telangke. Biasanya
mereka terdiri dari tiga atau lima pasang suami – istri yang masih berkerabat
dekat dengan orang tua pengantin pria.
Dalam
acara ini yang banyak berperan adalah kaum ibu. Mereka datang sambil membawa
bawaan yang antara lain berisi beras, tempat sirih lengkap dengan isinya,
sejumlah uang, jarum dan benang. Barang bawaan ini disebut Penampong ni kuyu
yang bermakna sebagai tanda pengikat agar keluarga pengantin wanita tidak
menerima lamaran dari pihak lain. Selanjutnya barang bawaan ini diserahkan dan
ditinggal di rumah pengantin wanita sampai ada kepastian bahwa lamaran tersebut
diterima atau tidak. Keluarga pengantin wanita diberi waktu sekitar 2-3 hari
untuk memutuskan hal tersebut. Dalam waktu tersebut biasanya keluarga pengantin
wanita akan mencari sebanyak mungkin tentang informasi calon pengantin pria
mulai dari bagaimana pribadinya, pendidikannya, agama, tingkah laku samapi ke
soal bibit, bobot dan bebetnya. Jika lamaran diterima maka barang bawaan
tersebut tidak dikembalikan lagi tetapi sebaliknya jika tidak, maka Penampong
kayu akan dikembalikan pada pengantin pria lagi.
Setelah
mendapat kepastian lamaran diterima selanjutnya akan dilakukan pembicaraan
antara dua pihak keluarga mengenai kewajiban apa saja yang harus dipenuhi oleh
keluarga masing – masing, termasuk membicarakan mengenai barang dan jumlah uang
yang diminta oleh keluarga penganti wanita yang disebut sebagai acara Muno sah
nemah ( Menetapkan bawaan ). Dalam pembicaraan ini keluarga pengantin pria akan
diwakili oleh talangke yang harus pandai melakukan tawar menawar atau negosiasi
dengan keluarga pengantin wanita. Sementara untuk mahar yang menentuakan adalah
calon mempelai wanita sendiri dan mahar yang diminta tidak boleh ditawar lagi.
3. TURUN
CARAM ( Mengantar Uang )
Acara
mengantar uang ini biasa dilakukan pada saat matahari mulai naik antara pukul
09.00 – 12.00 dengan harapan agar nantinya kehidupan rumah tangga pasangan
pengantin ini, termasuk rezekinya akan selamanya bersinar.
4. SEGENAP
dan BEGENAP ( Musyawarah dan Keluarga )
Dalam
acara ini akan dilakukan pembagian tugas saat acara pernikahan berlangsung.
Yang mendapat tugas melakukan berbagai persiapan pesta perkawinan adalah para
kerabat serta tetangga dekat. Acara akan berlangsung pada malam hari.
Pada
malam begenap acara akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok orang tua
yang akan membicarakan mengenai tata cara serah terima calon pengantin kepada
Imam ( Pemuka Agama ) sementara kelompok kedua yaitu para muda – mudi yang
berkelompok membuat kue onde – onde untuk disantap bersama – sama. Setelah itu
datanglah utusan dari kelompok orang tua ke kelompok anak muda tersebut sambil
membawa batil ( cerana ) lalu mereka makan sirih bersama sebagai tanda
permintaan orang tua pengantin wanita agar muda mudi itu rela melepas salah
satu teman mereka untuk menikah.
5. BEGURU
( Pemberian Nasihat )
Acara
ini didiadakan sesudah acara malam begenap yaitu pada pagi hari sesudah salat
subuh. Beguru artinya belajar, dimana calon pengantin akan diberi berbagai
nasehat dan petunjuk tentang bagaimana nantinya mereka bersikap dan berprilaku
dalam membina rumah tangga. Acara beguru di rumah calon mempelai wanita ini
biasanya akan diiringi juga dengan acara bersebuku ( meretap ) yaitu pengantin
wanita melakukan sungkeman kapada kedua orang tuanya untuk memohaon restu dan
doa.
6. JEGE
UCE ( Berjaga – jaga )
Acara
ini dilaksanakan menjelang hari pernikahan. Disini para kerabat dan tetangga
dekat akan berjaga – jaga sepanjang malam dengan melakukan berbagai kegiatan
adat seperti acara guru didong ( berbalas pantun ) serta tari tarian. Pada
malam itu calon pengantin wanita akan diberi inai oleh pihak ralik ( keluarga
pengantin wanita ).
7. BELULUT
dan BEKUNE ( Mandi dan Kerikan )
Dahi,
pipi dan tengkuk calon pengantin wanita akan dikerik oleh juru rias atau wakil
keluarga ibunya yang paling dekat setelah sebelumnya dilakukan acara mandi
bersama di kediaman masing – masing yang disebuat acara belulut. Bekas bulu –
bulu halus kerikan tadi selanjutnya akan ditaruh dalam sebuah wadah berisi air
bersih dan dicampurkan dengan irisan jeruk purut untuk ditanam. Dipercayai
nantinya rambut pengantin akan tumbuh subur dan lebat.
8. MUNALO
( Menjemput Pengantin Pria )
Pada
hari dan tempat yang telah disepakati rombongan pengantin wanita yang dipimpin
oleh telangkai, selanjutnya disebut sebagai pihak beru, sambil menabuh canang
yang dilakukan oleh para gadis bersiap menunggu kedatangan rombongan penantin
pria yang disebut pihak bei. Sementara itu pengantin wanita di rumahnya telah
didandani dan menanti dalam kamar pengantin. Canang akan semakin keras ditabuh
dan terdengar bersahutan ketika pihak bei sudah mulai kelihatan dari kejauhan.
Saat
pihak bei telah tiba, tabuhan canang dihentikan dan pihak beru akan membuka
percakapan sebagai ucapan selamat datang dan permohonan maaf jika terdapat
kekurangan dalam acara penyambutan tersebut. Setelah itu dilakukan tarian guel
dan sining serta saling berpantun. Disini pengantin pria akan diajak ikut
menari bersama. Setelah itu calon pengantin pria diarak beramai ramai menuju
kediaman pengantin wanita.
9. MAH
BEI ( Mengarak Pengantin Pria )
Sebelum
rombongan pengantin pria sampai ke rumah pengantin wanita, mereka akan terlebih
dahulu berhenti di rumah persinggahan yang disebut Umah selangan selama 30 – 60
menit. Ditempat ini rombongan akan menanti datangnya kiriman makanan yang
dibawa oleh utusan pihak beru. Bila kiriman itu dianggap berkenan maka
rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju rumah pengantin wanita, setelah
mendengar kabar bahwa kelurga pengantin wanita telah siap menerima kedatangan.
Sebaliknya bla tidak berkenan maka acara bisa tertunda bahkan batal. Dalam
perjalanan ini, pengantin pria diapit telangkai yang bisanya terdirri dari dua
orang laki – laki yang sudah menikah. Pada acara ini orang tua mempelai pria
boleh tidak mendampingi karena tugas tersebut telah diwakilkan.
Setibanya
rombongan bei di rumah pengantin wanita, tiga orang ibu akan langsung datang
menyambut dan saling bertukar batil tempat sirih lalu diadakan acara basuh
kidding ( cuci kaki ) di depan pintu masuk. Uniknya yang melakukan acara basuh
kidding ini adalah adik perempuan pengantin wanita. Jika pengantin wanita tidak
memiliki adik perempuan maka tugas ini bisa digantikan oleh anak pakciknya.
Setelah itu sebagai tanda terima kasih, pengantin pria akan memberikan sejumlah
uang kepada adik pengantin wanita tersebut.
Selanjutnya
pengantin pria akan melakukan acara tepung tawar yang dilakukan oleh keluarga
pengantin wanita. Sambil dibimbing masuk rumah, pengantin pria akan diserahkan
oleh keluarganya dan didudukkan berhadapan dengan ayah pengantin wanita untuk
acara akad nikah yang disebut acara Rempele ( Penyerahan ).
Sebelum
akad nikah dimulai telah disiapkan satu gelas air putih, satu wadah kosong dan
sepiring ketan kunung untuk melakukan tata acara adat. Selesai akad pengantin
pria memberikan S apBatil Mangas kepada mertua laki – lakinya. Selama akad
berlangsung pengantn wanita yang telah didandani tetap tinggal di dalam kamar
sambil menunggu dipertemukan dengan suaminya. Acara inilah yang disebut kamar
dalem.
10. MUNENES
( Ngunduh Mantu )
Acara
ini sebagai simbol perpisahan antara pengantin wanita dengan orang tuanya
karena telah bersuami dan akan berpisah tempat tnggal, termasuk juga sebagai
acara perpisahan di masa lajang ke kehidupan berkeluarga. Pengantin wanita akan
diantar ke rumah pengantin pria sambil membawa barang – barangnya dari peralatan
rumah tangga sampai bekal memulai hidup baru. Setelah itu diadakan acara makan
bersama. Biasanya setelah tujuh hari pengantin wanita berada di rumah pengantin
pria, orang tua pengantin pria akan dating ke rumah besannya sambil membawa
nasi beserta lauk pauk. Acara yang disebut Mah Kero Opat Ingi ini bertujuan
untuk lebih saling mengenal antar dua keluarga yang sudah bebesan.
B.
MENGANALISIS
SUMBER IDE PENCIPTAAN
Kebudayaan
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hasil cipta karsa manusia, tentu dalam
kehadirannya memiliki makna yang telah disepakati secara turun temurun. adat
perkawinan gayo aceh tengah, yang di lakukan secara bertahap-tahap dan setiap
tahapnya memiliki tanda dan manfaat bagi keluarga dan khususnya lagi pada
memplai.
Berdasarkan
uraian diatas kita dapat menganalisis tanda-tanda yang terdapat dalam sumber
ide penciptaan (perkawinan adat gayo) yang dapat diidentifikasi dengan
menggunakan teori-teori semiotika. Menurut Marcel Danesi dalam bukunya pesan,
tanda, dan makna menjelaskan tanda adalah segala sesuatu yang menpresentasikan
sesuatu yang lain selain dirinya (warna, isyarat, objek dan sbagainya).
berdasarkan diskripsi diatas dapat kita ambil tanda dalam menggarap sebuah
karya seni, baik itu secara umum maupun secara khusus seperti nilai
kekerabatan, kebersamaan dan nilai tanggung jawab dalam melakukan proses
pernikahan.
marcel
danesi dalam bukunya pesan tanda dan makna mengatakan simbol merupakan sumber
acuan melalui kesepakatan/persetujuan. Selain dari tanda-tanda di atas terdapat
juga simbol lain yang menciri khas kan adat perkawinan masyarakat gayo diantaranya
pakaian adat kerawang gayo, bulang (kopiah) yang berbentuk memanjang/mengecil
keatas yang melambangkan keagungan yang di pakai bersamaan dengan pakaian kerawang, kemudian di lapisi dengan
kain lebar yang bermotif kerawang gayo (opoh ulen-ulen). Kemudian selain dari
kegunaan di atas pakaian ini juga bisa di pakai pada acara-acara adat dan
acara-acara resmi lainnya.makna-makna ini yang dibangun melalui kesepakatan
sosial atau melalui saluran berupa tradisi/musawarah untuk menghasilkan simbol
dan makna dari simbol yang di ciptakan itu sendiri.
Konsep penggarapan sebuah karya, berawal dari
ide. Kemudian beranjak kepada proses penciptaan. Berangkat dari adat perkawinan
Gayo (Aceh Tengah) penulis merumuskan bagaimana penciptaan karya seni yang
bersifat ekspresi atas pemindahan bentuk yang nyata. Gagasan ini memunculkan
konsep penciptaan yang menjadi dasar proses penciptaan dalam menciptakan
karya-karya ekspresi melalui media kriya yang dapat di nikmati.
Untuk
memperkuat sumber ide penciptaan, digunakan beberapa landasan pemikiran sebagai
penguat dalam menciptakan karya seni seperti pencapaian bentuk dan fungsi serta
nilai estetis yang terkandug di dalamnya.dharsono sony kartika dalam bukunya
seni rupa modern (2004:28) mengatakan Ada tiga komponen dalam proses cipta seni
dalam landasan berkarya : tema, bentuk, dan isi. Jadi dalam kehadirannya nanti
pengkarya juga harus mempertimbnagkan komposisi dan nilai apa yang akan di
sampaikan pada publik dengan sumber ide dari perkawinan adat gayo (aceh tengah)
agar mudah di pahami dan dinikmati.
MGM National Harbor Casino - MapYRO
BalasHapusFind 서산 출장샵 MGM National 용인 출장안마 Harbor Casino in Everett, MA. Get directions, reviews and 영주 출장마사지 information for MGM National 김포 출장안마 Harbor in Everett, MA. Rating: 논산 출장안마 2.7 · 7 votes